NAMA : PRATIWI WULANDARI
NPM : 14209053
KELAS : 3 EA 11
PENDAHULUAN
Sumber daya ekonomi dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan ekonomi.
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti bertujuan untuk mendapatkan laba sesuai dengan tujuan pokok yang diharapkan. Diantaranya agar perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup serta kelancaran operasinya.
Secara teori konsumen melalui seluruh lima tahap pada tiap pembelian. Tapi pada pembelian rutin, konsumen terkadang melewatkan atau membalik beberapa tahap itu. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai. Di tingkat ini konsumen memerlukan informasi yang relative lengkap untuk membentuk criteria evaluasi dari kriteria yang baku .
Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli tapi memilih membeli, maka dia ada dalam posisi membuat keputusan. Semua orang dapat mengambil keputusan setiap hari dalam hidupnya tanpa disadari.
PEMBAHASAN
Selama tahap evaluasi berlangsung, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya.
Kriteria evaluatif seperti harga, ukuran, dan warna dinilai mudah dan akurat oleh konsumen. Ketika konsumen hakim merek alternatif pada kriteria evaluatif , mereka harus memiliki beberapa metode untuk memilih satu merek dari berbagai pilihan.
Konsumen sering membuat keputusan berdasarkan pengaruh atau pada sikap secara keseluruhan terhadap merek atau untuk meminimalkan usaha atau emosi negatif.
Kriteria evaluatif biasanya berdasarkan fitur produk atau atribut yang terkait dengan manfaat yang diinginkan oleh pelanggan atau biaya yang harus mereka keluarkan. Jenis kriteria evaluatif digunakan dalam pengambilan keputusan bervariasi dari segi biaya nyata dan kinerja untuk faktor intangible seperti gaya, rasa, prestise, perasaan yang dihasilkan, dan citra merek.
Hal yang harus ditentukan dalam menentukan alternatif pilihan :
• Kriteria evaluatif yang digunakan oleh konsumen.
• Bagaimana konsumen mempersepsikan berbagai alternatif pada setiap kriteria.
• Pentingnya relatif dari masing-masing kriteria.
Pendekatan pengukuran yang paling populer adalah pendekatan tidak langsung menggabungkan analisis dalam analisis menggabungkan, konsumen disajikan dengan satu set produk atau deskripsi produk dengan kriteria evaluatif bervariasi.
Berikut adalah proses pengambilan keputusan sebelum pembelian :
1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan
Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan.
2. Menilai Sumber-sumber
Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan lamanya waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk membeli.
3. Menetapkan Tujuan Pembelian
Tahap ketika konsumen memutuskan untuk tujuan apa pembelian dilakukan, yang bergantung pada jenis produk dan kebutuhannya.
4. Mengidentifikasikan Alternatif Pembelian
Tahap ketika konsumen mulai mengidentifikasikan berbagai alternatif pembelian.
5. Keputusan Membeli
Tahap ketika konsumen mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Jika dianggap bahwa keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merk, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya.
Menurut Kotler (1997) ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan pembelian, anatara lain:
1. Pengenalan Masalah
Merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi.
Seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan tersebut kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan bersedia untuk membelinya.
3. Evaluasi Alternatif
Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya.
4. Keputusan Pembeli
Setelah konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan untuk membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara beberapa merek yang tersedia.
Untuk memahami keputusan yang komplek maka perlu dipahami hakekat keterlibatan konsumen dengan suatu produk. Kondisi keterlibatan konsumen akan suatu produk, apabila produk tersebut adalah :
• Penting bagi konsumen karena image konsumen sendiri.
• Memberikan daya tarik yang terus menerus kepada konsumen.
• Mengandung resiko tertentu.
• Mempunyai ketertarikan emosional.
• Dikenal dalam kelompok grupnya atau “ badge “ value dari barang yang bersangkutan.
Tipe Keterlibatan :
1. Situational involvement. Terjadi hanya dalam situasi khusus dan sementara dan umumnya bila pembelian itu dibutuhkan.
2. Enduring involvement, berlangsung terus menerus dan lebih permanen. Umumnya terjadi karena ketertarikan yang berlangsung terus dalam kategori produk, walaupun pembelian itu dibutuhkan atau tidak, misalnya ketertarikan pada baju.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Tipologi pengambilan keputusan konsumen :
1. Keluasan pengambilan keputusan (the extent of decision making)
Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan menuju kebiasan. Keputusan yang dibuat berdasarkan proses kognitif dari penyelidikan informasi dan evaluasi pilihan merek.
2. Dimensi atau proses yang tidak terputus dari keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi ke yang rendah. Keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi adalah penting bagi konsumen. Pembelian berhubungan secara erat dengan kepentingan dan image konsumen itu sendiri. Beberapa resiko yang dihadapi konsumen adalah resiko keuangan , sosial, psikologi.
Dalam beberapa kasus, untuk mempertimbangkan pilihan produk secara hati-hati diperlukan waktu dan energi khusus dari konsumen. Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana tidak begitu penting bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi tidak begitu besar. Dalam hal ini mungkin tidak bernilai waktu bagi konsumen, usaha untuk pencarian informasi tentang merek dan untuk mempertimbangkan pilihan yang luas. Dengan demikian, keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah umumnya memerlukan proses keputusan yang terbatas.
Sumber Daya Sementara
Waktu menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen. Karena konsumen mayoritas semakin mengalami kemiskinan akan waktu. Namun demikian ada suatu bagian waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu senggang. Dalam sumber daya kognitif produk yang diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut barang waktu.
a. Barang Yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
b. Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food
Sumber Daya Kognitif
Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata, skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme.
Sumberdaya Kognitif terdiri dari dua dimensi:
• Arahan (direction) menggambarkan fokus perhatian
• Intensitas mengacu pada jumlah kapasitas yang difokuskan pada arahan tertentu. Karena kapasitas tersebut terbatas, orang harus selektif dalam apa yang mereka perhatikan dan berapa banyak perhatian dialokasikan selama pengolahan informasi.
Pengetahuan Konsumen terbagi kedalam tiga macam, yaitu Pengetahuan Produk, Pengetahuan Pembelian, Pengetahuan Pemakaian.
a. Pengetahuan Produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek terminologi produk atribut atau fitur, harga produk dan kepercayaan mengenai produk.
Jenis Pengetahuan Produk :
o Pengetahuan tentang karakteristik/atribut produk.
Seorang Konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Setiap konsumen mungkin memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari suatu produk. Hal ini disebabkan perbedaan pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak akan memudahkan konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.
o Pengetahuan Manfaat Produk
b. Pengetahuan Pembelian
Pengetahuan Pembelian terdiri atas pengetahuan tentang toko, lokasi produk di dalam toko dan penempatan produk yang sebenarnya di dalam toko tersebut. Pengetahuan Konsumen cenderung lebih senang mengunjungi toko yang sudah dikenalnya untuk berbelanja, karena telah mengetahui dimana letak produk di dalam toko tersebut. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk berbelanja atau melakukan pembelian. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk berbelanja karena konsumen bisa menghemat waktu dalam mencari lokasi produk.
Menurut Petter dan Olson (1999), perilaku membeli meliputi store contact, product contact, dan Transaction.
• Store contact meliputi tindakan mencari outlet, pergi ke outlet dan memasuki outlet.
• Product contact, konsumen akan mencari lokasi produk, mengambil produk tsb dan membawanya ke kasir
• Transaction, konsumen akan membayar produk tersebut dengan tunai, kartu kredit, kartu debet atau alat pembayaran lainnya.
c. Pengetahuan Pemakaian
Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Produsen berkewajiban untuk memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian suatu produk. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen.
Berikut adalah contoh studi kasus konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli.
Seorang konsumen ingin membeli sebuah Handphone, setelah konsultasi melalui Internet untuk menentukan fitur apa yang paling disukai, konsumen kemudian pergi ke toko elektronik lokal dan membandingkan berbagai merek fitur yang paling penting baginya yaitu, harga, audio visual, ukuran kamera, aplikasi, dan ukuran penyimpanan. Dia melihat keunggulan masing-masing model atas atribut dan kesan umum nya model kualitas masing-masing. Atas dasar evaluasi ini, ia memilih Sony Erricson.
Ketika konsumen mengingat bahwa temannya yang menggunakan Sonny Erricson bekerja dengan baik, orang tuanya memiliki Nokia yang juga bekerja dengan baik tapi agak besar dan berat, dan merek lain tidak diinginkan serta ia harapkan, sedangkan harganya sama, maka ia putuskan untuk membeli Sonny Erricson.
Jelas bahwa proses pembelian berlangsung jauh sebelum pembelian aktual dan berlanjut jauh sesudahnya. Pasar perlu berfokus pada seluruh proses pengambilan keputusan pembelian bukan hanya pada proses pembeliannya saja.
PENUTUP
Kesimpulan
Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian.
Agar produk tsb bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yg tinggi, maka konsumen harus bisa menggunakan/ mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Produsen berkewajiban untuk memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian suatu produk. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen.
Situasi komunikasi, situasi pembelian, situasi penggunaan dan situasi penyingkiran produk, semuanya menentukan keputusan beli. Lingkungan fisik, lingkungan sosial, waktu, tujuan pembelian, konsumsi dan suasana hati tidak dapat diabaikan sebagai unsur-unsur yang sangat penting dalam keputusan membeli.
DAFTAR PUSTAKA
http://psikology09b.blogspot.com/2011/05/alternatif-evaluasi-dan-seleksi.html
http://www.smakristencilacap.com/arti-pemasaran-dan-manajemen-pemasaran/proses-pengambilan-keputusan-pembelian-konsumen/
http://id.netlog.com/go/out/url=http%3A%2F%2Fhimamika09.blogspot.com
http://eprints.undip.ac.id/19897/1/Dewi_Repositori.pdf
http://abduljabal18.blogspot.com/2009/12/sumber-daya-konsumen-dan-pengetahuan.html
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_29982/title_perilaku-konsumen/
http://www.slideshare.net/imanmulyana/keputusan-pembelian
Jumat, 11 November 2011
Selasa, 08 November 2011
TUGAS METODE RISET BAB IV DAN BAB V
BAB IV
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara komitmen dengan kinerja karyawan. Para karyawan yang menduduki posisi sebagai asisten kepala dan kepala dinas di kebun serta kepala urusan di kantor pusat dengan level komitmen kerja yang tinggi akan mempunyai komitmen kontinuan yang tinggi, karena banyak pengacara mempersiapkan dirinya untuk menjadi mitra.
Aspek pelengkap untuk alasan ini adalah pada kenyataannya terdapat pula karyawan tidak merasa bekerja di perkebunan sebagai karier utama mereka, tetapi sebagai platform posisi manajerial.
Dalam penelitian ini peran kepuasan kerja dinilai sebagai mediator antara model komitmen dan kinerja karyawan. Ini tidak menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh dari bentuk-bentuk komitmen, tetapi variabel terbaik untuk memprediksi kinerja karyawan adalah kepuasan kerja.
Ketika bentuk komitmen organisasional disarankan sebagai prediktor terbaik bagi kinerja karyawan di luar situasi kerja, kepuasan kerja muncul menjadi prediktor terbaik bagi kinerja karyawan di dalam suasana kerja.
Maka dari pengujian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa komitmen sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan, dan kepuasan kerja sebagai dasar pengukurannya.
BAB V
KESIMPULAN
Dari analisis hasil studi dan pembahasan yang telah dilakukan tentang Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PTPN III di Sumatera Utara, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Komitmen afektif berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa komitmen afektif yang dimiliki karyawan yaitu perasaan atau pengenalan positip dengan, tambahan kepada, dan keterlibatan dalam, organisasi kerja, mampu meningkatkan kepuasan kerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara.
2. Komitmen kontinuan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa karyawan memutuskan menetap pada suatu organisasi karena menganggapnya sebagai suatu pemenuhan kebutuhan.
3. Komitmen normatif berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa karyawan tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa wajib untuk loyal pada organisasi tempat ia bekerja.
4. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara.
Hal ini berarti bahwa kinerja seseorang akan meningkat ketika kepuasan kerja dari individu berada pada posisi yang tinggi.
PUSTAKA
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/17742/17663
Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara komitmen dengan kinerja karyawan. Para karyawan yang menduduki posisi sebagai asisten kepala dan kepala dinas di kebun serta kepala urusan di kantor pusat dengan level komitmen kerja yang tinggi akan mempunyai komitmen kontinuan yang tinggi, karena banyak pengacara mempersiapkan dirinya untuk menjadi mitra.
Aspek pelengkap untuk alasan ini adalah pada kenyataannya terdapat pula karyawan tidak merasa bekerja di perkebunan sebagai karier utama mereka, tetapi sebagai platform posisi manajerial.
Dalam penelitian ini peran kepuasan kerja dinilai sebagai mediator antara model komitmen dan kinerja karyawan. Ini tidak menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh dari bentuk-bentuk komitmen, tetapi variabel terbaik untuk memprediksi kinerja karyawan adalah kepuasan kerja.
Ketika bentuk komitmen organisasional disarankan sebagai prediktor terbaik bagi kinerja karyawan di luar situasi kerja, kepuasan kerja muncul menjadi prediktor terbaik bagi kinerja karyawan di dalam suasana kerja.
Maka dari pengujian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa komitmen sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan, dan kepuasan kerja sebagai dasar pengukurannya.
BAB V
KESIMPULAN
Dari analisis hasil studi dan pembahasan yang telah dilakukan tentang Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PTPN III di Sumatera Utara, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Komitmen afektif berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa komitmen afektif yang dimiliki karyawan yaitu perasaan atau pengenalan positip dengan, tambahan kepada, dan keterlibatan dalam, organisasi kerja, mampu meningkatkan kepuasan kerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara.
2. Komitmen kontinuan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa karyawan memutuskan menetap pada suatu organisasi karena menganggapnya sebagai suatu pemenuhan kebutuhan.
3. Komitmen normatif berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa karyawan tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa wajib untuk loyal pada organisasi tempat ia bekerja.
4. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PTPN III di Sumatera Utara.
Hal ini berarti bahwa kinerja seseorang akan meningkat ketika kepuasan kerja dari individu berada pada posisi yang tinggi.
PUSTAKA
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/17742/17663
Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro
Selasa, 01 November 2011
TUGAS METODE RISET
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
DATA DAN SAMPEL
Dalam penelitian ini populasi terdiri atas karyawan PT. Perkebunan Nusantara yang berada di wilayah Sumatera Utara, yaitu PT. Perkebunan Nusantara III yang menduduki posisi sebagai asisten kepala dan kepala dinas di kebun serta kepala urusan di kantor pusat yang berjumlah 174 orang karyawan.
VARIABEL DAN INDIKATOR
Hair et al. dalam Ferdinand, (2002:48), menyarankan bahwa ukuran sampel tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Disarankan bahwa ukuran sampel minimum adalah 5-10 observasi untuk setiap estimasi parameter. Berdasarkan pendapat di atas maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah: n = 8 x jumlah indikator, di mana n adalah jumlah sampel minimum. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 indikator, sehingga diperoleh jumlah sampel 144 responden. Selanjutnya, sebagai teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara random.
Hasil deskripsi data :
Hipotesis 1
Berdasarkan hasil perhitungan, Komitmen Afektif (X1) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Kepuasan Kerja (Y1). Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,467 dengan nilai CR sebesar 2,920 dan diperoleh probabilitas signifikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian Komitmen Afektif berpengaruh secara langsung pada Kepuasan Kerja sebesar 0,467 yang berarti setiap ada kenaikan Komitmen Afektif maka akan menaikkan Kepuasan Kerja sebesar 0,467. Hasil ini memberikan dukungan atas hipotesis Komitmen Afektif berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja PTPN III di Sumatera Utara.
Hipotesis 2
Berdasarkan hasil perhitungan, Komitmen Kontinuan (X2) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Kepuasan Kerja (Y1). Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,272 dengan nilai CR sebesar 2,841 dan diperoleh probabilitas signifikansi sebesar 0,04 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian Komitmen Kontinuan berpengaruh secara langsung pada Kepuasan Kerja sebesar 0,272 yang berarti setiap ada kenaikan Komitmen Kontinuan maka akan menaikkan Kepuasan Kerja sebesar 0,272. Hasil ini memberikan dukungan atas hipotesis Komitmen Kontinuan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja PTPN III di Sumatera Utara.
Hipotesis 3
Berdasarkan hasil perhitungan, Komitmen Normatif (X3) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Kepuasan Kerja (Y1). Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,130 dengan nilai CR sebesar 2,145 dan diperoleh probabilitas signifikansi sebesar 0,032 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian Komitmen Normatif berpengaruh secara langsung pada Kepuasan Kerja sebesar 0,130 yang berarti setiap ada kenaikan Komitmen Normatif maka akan menaikkan Kepuasan Kerja sebesar 0,130. Hasil ini memberikan dukungan atas hipotesis Komitmen Normatif berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja PTPN III di Sumatera Utara.
Hipotesis 4
Berdasarkan hasil perhitungan, Kepuasan Kerja (Y1) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Kinerja Karyawan (Y2). Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,715 dengan nilai CR sebesar 2,970 dan diperoleh probabilitas signifikansi sebesar 0,003 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian Kepuasan Kerja berpengaruh secara langsung pada Kinerja Karyawan sebesar 0,715 yang berarti setiap ada kenaikan Kepuasan Kerja maka akan menaikkan Kinerja Karyawan sebesar 0,715. Hasil ini memberikan dukungan atas hipotesis Kepuasan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan PTPN III di Sumater Utara.
sumber :
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/17742/17663
Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro
METODOLOGI PENELITIAN
DATA DAN SAMPEL
Dalam penelitian ini populasi terdiri atas karyawan PT. Perkebunan Nusantara yang berada di wilayah Sumatera Utara, yaitu PT. Perkebunan Nusantara III yang menduduki posisi sebagai asisten kepala dan kepala dinas di kebun serta kepala urusan di kantor pusat yang berjumlah 174 orang karyawan.
VARIABEL DAN INDIKATOR
Hair et al. dalam Ferdinand, (2002:48), menyarankan bahwa ukuran sampel tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Disarankan bahwa ukuran sampel minimum adalah 5-10 observasi untuk setiap estimasi parameter. Berdasarkan pendapat di atas maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah: n = 8 x jumlah indikator, di mana n adalah jumlah sampel minimum. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 indikator, sehingga diperoleh jumlah sampel 144 responden. Selanjutnya, sebagai teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara random.
Hasil deskripsi data :
Hipotesis 1
Berdasarkan hasil perhitungan, Komitmen Afektif (X1) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Kepuasan Kerja (Y1). Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,467 dengan nilai CR sebesar 2,920 dan diperoleh probabilitas signifikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian Komitmen Afektif berpengaruh secara langsung pada Kepuasan Kerja sebesar 0,467 yang berarti setiap ada kenaikan Komitmen Afektif maka akan menaikkan Kepuasan Kerja sebesar 0,467. Hasil ini memberikan dukungan atas hipotesis Komitmen Afektif berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja PTPN III di Sumatera Utara.
Hipotesis 2
Berdasarkan hasil perhitungan, Komitmen Kontinuan (X2) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Kepuasan Kerja (Y1). Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,272 dengan nilai CR sebesar 2,841 dan diperoleh probabilitas signifikansi sebesar 0,04 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian Komitmen Kontinuan berpengaruh secara langsung pada Kepuasan Kerja sebesar 0,272 yang berarti setiap ada kenaikan Komitmen Kontinuan maka akan menaikkan Kepuasan Kerja sebesar 0,272. Hasil ini memberikan dukungan atas hipotesis Komitmen Kontinuan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja PTPN III di Sumatera Utara.
Hipotesis 3
Berdasarkan hasil perhitungan, Komitmen Normatif (X3) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Kepuasan Kerja (Y1). Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,130 dengan nilai CR sebesar 2,145 dan diperoleh probabilitas signifikansi sebesar 0,032 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian Komitmen Normatif berpengaruh secara langsung pada Kepuasan Kerja sebesar 0,130 yang berarti setiap ada kenaikan Komitmen Normatif maka akan menaikkan Kepuasan Kerja sebesar 0,130. Hasil ini memberikan dukungan atas hipotesis Komitmen Normatif berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja PTPN III di Sumatera Utara.
Hipotesis 4
Berdasarkan hasil perhitungan, Kepuasan Kerja (Y1) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Kinerja Karyawan (Y2). Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0,715 dengan nilai CR sebesar 2,970 dan diperoleh probabilitas signifikansi sebesar 0,003 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian Kepuasan Kerja berpengaruh secara langsung pada Kinerja Karyawan sebesar 0,715 yang berarti setiap ada kenaikan Kepuasan Kerja maka akan menaikkan Kinerja Karyawan sebesar 0,715. Hasil ini memberikan dukungan atas hipotesis Kepuasan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan PTPN III di Sumater Utara.
sumber :
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/17742/17663
Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro
Langganan:
Postingan (Atom)